Saturday, January 19, 2013
Perkara Tentang Tidur Bersama Baby
Antara cabaran bila ada baby ialah tidur...
Apabila kita bercakap soal waktu tidur, kebanyakkan ibu bapa akan membawa bayi mereka di atas katil bersama-sama sewaktu tidur. Kebiasaanya ini akan berlaku pada waktu-waktu awal kelahiran bayi, terutamanya apabila ibu bapa berada didalam keaadaan sangat letih. Kadang-kadang tidur bersama bayi boleh jadi langkah yang sangat terdesak bagi sebuah keluarga, dan ia juga boleh menjadi pilihan bagi keluarga yang lain.
Sebilangan yang menyokong mengatakan terdapat beberapa kelebihan untuk tidur dengan bayi anda, termasuk makan lebih mudah dan lebih kerap pada waktu malam, persekitaran yang selamat yang membantu untuk meningkatkan kanak-kanak gembira dan yakin, serta perlindungan daripada Sindrom Kematian Bayi mengejut.
Ciri yang paling ideal bagi ibu bapa yang tidur bersama bayi ialah ibu bapa yang tenang, tidak gemuk, bukan perokok, dan bayi dalam penyusuan ibu. Dan cara yang paling selamat untuk tidur dengan bayi anda ialah menyediakan sebuah tilam di atas lantai di tengah-tengah bilik yang jauh dari dinding dan bingkai katil.
Berikut adalah lebih lakukan (dan larangan-larangan) untuk ibu bapa yang memilih untuk bersarang di rapat dengan orang-orang yang mereka wee.
Pastikan
Pastikan bahawa jika katil anda mempunyai bingkai atau kepala katil pastikan ia bedara dalam keadaan ketat, mencegah kemungkinan bayi terhantuk kepala.
Pastikan
Pertimbangkan menggunakan rel katil jika katil anda adalah tinggi dari tanah, untuk mengelakkan bayi daripada bergolek di luar pada waktu malam.
Jangan
Tinggalkan bayi bersendirian di katil dewasa.
Jangan
berkongsi katil bagi katil air.
Jangan
Gunakan comforters berat, selimut atau bantal empuk.
Jangan
Tidur dengan bayi anda di atas sofa atau kerusi.
Pastikan
Gunakan lapisan selimut nipis dan memilih bantal firma dan sebuah firma tilam.
Jangan
Bedshare di dalam bilik yang terlalu panas atau berpakaian bayi anda terlalu mesra. McKenna mengatakan terlalu panas boleh menyumbang kepada SIDS. Fikirkan berapa jauh sedikit haba badan pergi untuk menjaga seluruh keluarga hangat.
Pastikan
Pastikan bayi anda berada di belakang untuk pergi ke tidur.
Jangan
Bedshare jika anda merokok atau salai sepanjang kehamilan anda. McKenna mengatakan bahawa bayi yang ibunya salai sepanjang kehamilan mereka boleh mempunyai kerosakan tisu di dalam otak, terutamanya bahagian yang membantu mereka bangun pada waktu malam.
Jangan
Bedshare jika anda terlampau letih (ya, ia adalah benar, kebanyakan ibu bapa baru certifiably habis!), Telah minum atau melakukan dadah.
Jangan
Bedshare jika anda menyusu botol. McKenna mengatakan bahawa bayi botol makan meraih banyak ganjaran sama bedsharing apabila diletakkan di dalam buaian di sebelah ibu. Beliau berkata, penyusuan ibu dan pasang bayi adalah lebih sensitif dan responsif kepada satu sama lain daripada pasangan bukan penyusuan, sensitiviti yang merupakan kunci kepada bedsharing selamat.
Jangan
Bedshare jika terdapat kanak-kanak atau haiwan peliharaan lain yang mungkin memanjat ke katil dan mungkin mati sesak nafas bayi. McKenna mengatakan bahawa adik-beradik yang lebih tua yang tidak memahami risiko lemas menimbulkan ancaman kepada bayi di bawah satu tahun.
Pastikan
Fikirkan tentang menggunakan produk seperti Reach Ko-Sleeper Lengan The jika anda mahu bersama-tidur dan tidak berasa seperti anda selamat boleh melakukannya dengan bayi anda di atas katil anda.
Thursday, January 20, 2011
Agar pesan itu sampai ke hati (Character Daie)
Seorang pasien penderita penyakit kanker terbaring di atas tempat tidur di sebuah rumah sakit yang entah rumah sakit ke berapa yang pernah disinggahinya. Dan kali ini pun hasil yang didapat tidak jauh berbeda dengan perawatan sebelumnya. Bahkan dokter yang menanganinya sempat menghampirinya. Sambil mengangkat kedua tangannya ia berkata kepada si pasien, bahwa seluruh upaya medis telah ditempuh. Karena kondisi penyakit yang sangat kritis, agaknya harapan untuk sembuh sangat tipis.
Bisa dibayangkan bagaimana reaksi pasien tersebut. Sedih, gelisah, depresi, tidak ada lagi gairah dan upaya. Berbeda halnya jika si dokter yang merawatnya itu mengatakan hal lain, kondisinya memang sangat parah, namun, menurutnya, masih ada harapan untuk sembuh. Tentu si pasien sangat bergembira mendengarnya. Kata-kata dokter itu akan mempengaruhi semangatnya untuk sembuh.
Kata-kata mempunyai kekuatan yang luar biasa. Bahkan terkadang ia lebih ampuh daripada senjata. Dalam hal ini pepatah lama masih relevan, bahwa lidah lebih tajam daripada pedang. Betapa sering sebuah perang berkobar disebabkan oleh kata. Demikian pula sebaliknya, perang dapat dihentikan oleh sebuah diplomasi atau secarik kertas perjanjian damai. Seorang penulis wanita Jerman, Annemarie Schimmel, berbicara tentang kekuatan kata. “Kata yang baik laksana pohon yang baik. Kata diyakini sebagai suatu kekuatan kreatif oleh sebagian besar agama di dunia; katalah yang mengantarkan wahyu; kata diamanahkan kepada umat manusia sebagai titipan yang harus dijaga, jangan sampai ada yang teraniaya, terfitnah, atau terbunuh oleh kata-kata.”
Karena kata-kata seseorang bisa bergairah, bersemangat, terhibur dari duka, seorang pasien akan mempunyai harapan sembuh oleh kata-kata dokter. Yang terkadang kondisi sesungguhnya berlawanan dengan kata-kata itu, sekadar untuk menerbitkan semangat. Juga karena kata-kata, hati yang tadinya cerah berbunga-bunga menjadi redup sedih. Tadinya optimis menjadi pesimis. Bersemangat menjadi patah arang.
Kata-kata sebagai alat yang ampuh untuk berbagai kepentingan orang. Melobi, mempengaruhi, merayu, menghina, melecehkan, membalaskan sakit hati. Dan kata orang, ia adalah senjata bermata dua. Jika kata-kata itu keluar dari orang baik dan suka melakukan perbaikan, maka dampak yang ditimbulkannya akan positif. Namun jika ia diungkapkan oleh orang jahat dan mencintai tersebarnya kejahatan di muka bumi ini, dampak yang ditimbulkannya tentu kejahatan itu sendiri sebagai produk hatinya yang jahat itu.
Seorang dai dengan tugas dakwahnya mengajak orang kepada Allah dalam taat dan ibadah kepada-Nya. Aktivitas dakwahnya sangat didominasi oleh penyampaian kata-kata. Sebab sasaran yang hendak dituju adalah akal manusia itu sendiri. Jika tujuan dakwah adalah melakukan perubahan (taghyir), maka faktor utama yang dapat mempengaruhi proses perubahan adalah akal pikiran. Dengan adanya perubahan pada tataran pemahaman dan pola pikir, maka perubahan persepsi dan tingkah laku bisa terjadi.
Penyampaian kata-kata bahkan menjadi titik tekan tugas para nabi dan rasul. Seperti yang Allah tegaskan kepada Rasulullah saw. Allah berfirman, “Jika mereka berpaling maka Kami tidak mengutus kamu sebagai pengawas bagi mereka. Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah).” (As-Syura: 48)
Sebagai penerus tugas para nabi dan rasul, seorang dai berdakwah menyampaikan risalah kepada manusia. Hendaknya ia selalu meningkatkan kemampuan dan kreativitasnya dalam memasarkan risalah ini kepada manusia. Berbagai kajian dan petunjuk tentang kata-kata dan ceramah yang berkesan telah banyak ditulis para ulama. Namun muaranya tidak jauh berputar pada beberapa poin berikut ini:
1. Kuatnya Hubungan dengan Allah
Hubungan yang menguatkannya, yang menjadi rujukan, tempat menyandarkan diri, kepada-Nya ia mengadu, berdoa, dan berbagi. Seorang dai mengajak orang lain menuju Allah. Bagaimana mungkin ia dapat mengajak kepada sesuatu jika ia sendiri jauh dengannya dan lemah hubungannya dengan sesuatu itu. Syeikh Muhammad Ghazali menyebutkan sifat ini sebagai pilar utama seorang dai, yang tidak boleh diabaikan. Sebab jika setiap muslim berkewajiban membina hubungan baik dengan Allah, apatah lagi seorang dai.
Sejarah telah menjadi saksi bahwa tidak ada seorang nabi pun atau pelaku perbaikan kecuali ia mempunyai hubungan yang kuat dengan Allah. Jalinan mereka dengan Allah sangat kuat, hidup, dan selalu segar. Tidak pernah putus barang sekejap pun dan tidak pernah layu. Terlihat dalam aktivitas kesehariannya, saat bersama orang lain terlebih saat sendiri. Syeikh Abdurrahman As-Sa’ati, ayah Imam Syahid Hasan Al-Banna mengisahkan kegiatan anaknya ketika berada di rumah,
“Di antara akhlaqnya adalah berpaling dari banyak orang dan hanya menyendiri bersama Rabbnya, tidak ada yang tahu selain keluarga dekatnya saja. Di rumahnya –Allah yang menjadi saksi- tidak pernah lepas dari mushaf, tidak berhenti membaca, tidak pernah lalai dari zikir, ia membaca Al-Qur’an memperdengarkan bacaannya kepada salah seorang hafizh di antara kami. Jika tidak ada seorang hafizh kecuali anak kecil, ia pun muraja’ah hafalannya dengan anak itu. Rumahnya penuh dengan bacaan Al-Qur’an, sujud, larut dalam dzikir, dan mendaki ke ketinggian langit spiritual. Ketika ia tahu cara Nabi membaca Al-Qur’an maka ia praktekkan, termasuk waqaf-waqaf di mana Rasulullah berhenti, ia pun berhenti. Terkadang badannya gemetaran, hatinya penuh ketakutan, gelisah pada ayat-ayat ancaman, terhadap ayat-ayat gembira ia berbinar-binar, jauh dari suasana di mana ia hidup, jauh terbawa makna ayat-ayat itu.”
Dan semua orang yang pernah mendengar pidatonya mengakui, betapa Imam Syahid mempunyai kata-kata yang sangat kuat. “Jika ia berpidato, kata-katanya mengalir seolah-olah turun dari langit.” Kata seseorang yang pernah menghadiri ceramahnya.
2. Selalu Memperbaiki Diri
Setiap muslim wajib memperbaiki diri dari segala kekurangan. Apalagi seorang dai. Boleh jadi ini merupakan hasil dari hubungan yang baik dengan Allah. Sebab siapa yang mengingat Allah ia akan teringat akan semua dosa dan kekurangan dirinya serta menyadari semua aib pribadinya. Berbeda halnya dengan orang yang lalai dari zikir. Ia pun akan lalai kepada Allah bahkan lalai kepada dirinya sendiri. Ia berjalan tanpa arah dan petunjuk. Allah berfirman,
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang fasik.” (Al-Hasyr:19)
Sangat berbahaya jika seorang dai mengajak orang melakukan sesuatu sementara dirinya sendiri jauh darinya. Atau mencegah orang dari melakukan sesuatu ia sendiri belum bisa terlepas darinya. Jika demikian, maka seruan dakwah yang dikumandangkannya tak nyaring lagi. Seseorang berkata, “Kalau saya melihat seorang dai merokok, kepercayaan saya kepadanya berkurang dua puluh lima persen.”
Bahkan, tidak hanya ajakannya yang diabaikan orang, ia bisa mendapatkan murka dari Allah.
“Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (As-Shaff:3)
Tentu saja hal ini tidak dipahami secara tidak konstruktif, dengan menyibukkan diri sendiri serta tidak peduli kepada perbaikan sekitarnya. Aslih nafsaka wad’u ghairaka (perbaiki dirimu dan ajaklah orang lain), begitu kata orang.
3. Kecerdasan Akal, Kebersihan Hati, dan Pemahaman yang Dalam tentang Islam
Sifat ini hendaknya menjadi watak seorang dai. Yang dengan demikian ia bisa menempatkan segala sesuatu pada tempatnya. Menimbang persoalan dengan timbangan yang benar dan tidak memihak. Dalam bahasa dakwah hal ini bisa disebut sebagai hikmah. Seperti yang Allah firmankan,
“Allah menganugerahkan Al hikmah (kepahaman yang dalam tentang Al-Qur’an dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar Telah dianugerahi karunia yang banyak. dan Hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” (Al-Baqarah:269)
Menurut Muhammad Al-Ghazali, kecerdasan yang dimaksud, seseorang tidak perlu menjadi jenius. Namun hanya dengan memiliki kemampuan melihat suatu permasalahan apa adanya. Tidak menambah maupun mengurangi. Dengan cara pandang seperti ini seorang dari dapat mendiagnosa sebuah persoalan dengan baik dan pada gilirannya bisa memberikan terapi yang tepat sesuai dengan permasalahan yang dihadapinya. Kata-kata yang disampaikannya menjadi tepat sasaran.
Dengan kemampuan seperti inilah Rasulullah terlihat menyampaikan nasihat yang berbeda-beda, melihat kondisi dan latar belakang psikologis seseorang yang konsultasi kepada beliau. Suatu saat beliau hanya mengatakan, “Janganlah kamu marah.” Dan Jariyah bin Qudamah, orang yang bertanya itu pun puas dengan jawaban beliau. Bahkan menurut riwayat Thabrani, pahalanya surga, seperti yang beliau sabdakan, “Janganlah kamu marah, maka akan mendapat surga.” Suatu saat beliau hanya mengatakan, “Katakan, aku beriman kepada Allah. Lalu istiqamahlah.”
Kebersihan hati yang dimaksud tentu bukannya kebersihan hati yang setaraf dengan para malaikat. Cukuplah bagi seorang dai memiliki hati yang penuh cinta kepada manusia, cemburu kepada mereka, lembut dan tidak kasar memperlakukan mereka. Ia senang dengan kebaikan mereka dan bukannya senang melihat kesengsaraan mereka. Di hadapannya maupun tidak sikapnya selalu sama. Senantiasa berharap atas kebaikannya. Sehingga antara hatinya dan hati mereka terhadap tali yang menghubungkan. Ketulusan cintanya melahirkan getar saat tangannya berjabat, mulutnya berucap, dan matanya menatap. Doa yang dipanjatkan tanpa sepengetahuan mereka membuat nama-nama mereka selalu hadir dalam hidupnya. Sehingga ketika bertemu, pertemuan itu pun terasa hangat dirasakan oleh mereka.
Kejelasan pemahaman dimiliki karena penguasaannya terhadap konsep universalitas Islam. Hal ini membuatnya mampu mengidentifikasi setiap persoalan. Ia dapat membedakan mana yang bisa dikategorikan sebagai persoalan aqidah dan mana yang bukan. Dengan hal ini pula seorang dai dapat berinteraksi dengan semua lapisan masyarakat dan dapat melihat kekurangan serta kelebihan mereka. Ia juga memiliki skala prioritas dalam dakwahnya.
Dalam menyikapi berbagai perpecahan madzhab dan aliran di Mesir, Hasan Al-Banna dengan Ikhwannya mempunyai sikap yang jelas. “Karena Ikhwan meyakini bahwa perbedaan dalam hal-hal furu’ adalah sebuah keniscayaan. Harus terjadi. Sebab prinsip-prinsip Islam yang berupa ayat-ayat, hadits, amal Nabi bisa dipahami secara berbeda. Oleh karenanya perbedaan semacam ini juga terjadi di kalangan para sahabat. Dan perbedaan itu terus terjadi sampai hari Kiamat. Alangkah bijaknya Imam Malik ra saat ia berkata kepada Abu Ja’far yang ingin memaksa orang mengikuti buku Al-Muwattha’, “Para sahabat Rasulullah berpencar di negeri-negeri. Masing-masing kaum mempunyai ilmu. Jika Anda memaksa mereka kepada satu ilmu, akan terjadi fitnah.” Tidak ada salahnya dengan perbedaan, namun yang salah adalah sikap fanatik terhadap pendapat tertentu dan menutup diri dari pendapat orang lain. Cara pandang semacam ini dapat menyatukan hati yang bersengketa ke dalam kesatuan fikrah. Cukuplah orang-orang bersatu menjadi muslim sebagaimana yang dikatakan Zaid r.a. Pandangan seperti ini sangat penting dimiliki sebuah jamaah yang ingin menyebarkan fikrah pada suatu negeri di mana yang dilanda sebuah konflik tentang masalah yang tidak semestinya diperdebatkan.”
4. Keikhlasan
Keikhlasan merupakan tuntutan yang harus dipenuhi setiap muslim dalam ibadahnya kepada Allah. Sebab ia sebagai syarat diterimanya ibadah. Ibnu Atha’illah berkata, “Amal perbuatan merupkan tubuh yang tegak. Sedangkan ruhnya adalah adanya rahasia di balik amal yang berupa keikhlasan.” Terlebih lagi bagi seorang dai dan aktivis. Aktivitas dakwahnya adalah sebaik-baik amal dan sarana taqarrub kepada Allah, tentu keikhlasan menjadi lebih urgen lagi. Seorang dai hendaknya menjauhkan kepentingan pribadi yang berupa sebutan, imbalan, dan pengaruh pribadi karena aktivitas dakwahnya.
Keikhlasan tentu saja ada buahnya. Aktivitas dakwah yang dilandasi dengan keikhlasan tentu berbeda hasilnya dengan yang dilakukan karena pamrih. Bersamaan dengan kata-kata yang diucapkan, interaksi yang dilakukan, dan kegiatan yang dilaksanakan seorang dai selalu menambatkan hatinya kepada Dzat yang menguasai dan membolak-balikkan hati. Kata orang Arab, “Kata-kata yang keluar dari hati akan sampai kepada hati pula.”
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima selain kebaikan.” Bagi seorang dari, kebaikan yang hendak dipersembahkan kepada Allah adalah keyakinannya terhadap keutamaan dakwahnya dan harapannya yang ditambatkan kepada ridha Allah semata.
5. Keluasan Wawasan
Dakwah di zaman modern sekarang ini harus didukung oleh keluasan wawasan. Karena seorang dai bertugas mengarahkan dan membimbing manusia dengan segala strata sosial dan intelektual mereka. Ia berbicara dengan dokter, pasien, guru, pegawai, kuli, insinyur, pedagang, orang pintar, dan orang bodoh. Mestinya ada penguasaan wawasan yang dapat memasuki pola pikir mereka semua.
Tidak harus menguasai semua disiplin ilmu secara mendalam, namun wawasan global tentang berbagai persoalan hendaknya dipahami. Kecuali wawasan keislaman yang secara asasi harus dikuasai. Pemahaman terhadap Al-Qur’an dan Sunnah serta wawasan keislaman lain; budaya Islam, sejarah Islam, dan lain-lain. Oleh karena itulah Imam Syahid Hasan Al-Banna memberikan tekanan khusus kepada sisi ini dan itu sebagai salah satu karakter dakwahnya. Bahwa dakwah Ikhwan juga bercirikan Jamaah Ilmiyah Tsaqafiyah (organisasi ilmu pengetahuan dan wawasan). Dan semua sarana yang dimilikinya pada dasarnya untuk membina intelektual, hati, dan jasad para anggotanya.
Keluasan wawasan yang dimiliki seorang dai membuatnya mampu menemukan ‘pembuka hati’ bagi orang-orang yang menjadi objek dakwahnya. Ketika berkomentar tentang wawasan Abu Bakar yang paling tahu tentang nasab suku Quraisy dan paling tahu tentang apa yang baik dab buruk mereka, Munir Muhammad Al-Ghadhban berkata, “Pengetahuan tidak kalah penting daripada akhlaq. Yang dituntut dalam masalah ini bukan segala macam pengetahuan. Tetapi pengetahuan mengenai masyarakat dan kecenderungan-kecenderungannya. Pengetahuan yang menjelaskan karakteristik jiwa manusia. Pengetahuan inilah yang akan memberikan daya gerak kepada dai yang merupakan pintu masuk ka hati mad’u. Setiap hati memiliki ‘kunci’, dan tugas seorang dai adalah untuk mendapatkan kunci itu agar ia bisa memasuki hatinya lalu hati itu menyambutnya.”
6. Menguasai Metodologi Komunikasi
Sebab ada pepatah Arab mengatakan, likulli maqam maqal (bagi masing-masing momen ada ungkapannya). Dan masing-masing orang memiliki kecenderungan terhadap satu bentuk komunikasi tertentu. Ada yang suka dengan gaya bicara yang berapi-api. Ada yang tertarik dengan ceramah yang banyak ‘lawak’nya. Ada pula yang tidak suka terhadap hal-hal yang monoton dan serius dan ia lebih suka kalau ceramah banyak diselingi ilustrasi. Kemampuan memilih model komunkasi yang tepat akan menjadi daya tarik yang dapat menggait hati. Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya kejelasan (komunikasi) adalah sihir.”
Al-Bahi Khauli merekomendasikan kepada seorang dai agar menggunakan beberapa metodologi dalam aktivitas dakwah yang dilakukannya. Di antaranya adalah:
1. Kisah: karena dengan kisah sesuatu yang bersifat normatif bisa lebih mudah dipahami. Karena nilai-nilai itu berubah menjadi kaki yang berjalan, tangan yang bergerak, dan mulut yang berucap. Barangkali inilah di antara rahasia Al-Qur’an yang menggunakan metode kisah sebagai salah satu sarananya. Agar Islam dapat dipahami sebagai agama yang realistis dan tidak hanya bersifat kelangitan tanpa bisa diterapkan dalam kehidupan nyata. Terbukti para pelaku sejarah itu mampu melakukannya. Di samping ia juga menjadi pelajaran bagi orang-orang beriman.
2. Perumpamaan: karena dengan perumpamaan dapat mendekatkan yang jauh dan menjelaskan yang buram, juga menentukan kadar sesuatu yang abstrak. Al-Qur’an dan hadits sendiri seringkali menggunakan perumpamaan sebagai sarana menjelaskan kepada kaum Muslimin tentang ajaran Islam. Tentang hakikat amal perbuatan orang-orang kafir Allah berfirman, ” Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya.” (An-Nur:39)
3. Perbandingan: dan tujuannya adalah untuk menjelaskan kadar keterpautan sebuah nilai. Dalam salah satu sabdanya Rasulullah bersabda, “Shalat berjamaah lebih mulia daripada shalat sendiri dengan selisih dua puluh tujuh derajat.” Juga sabda beliau, “Perbandingan antara orang berilmu dan yang tidak berilmu seperti perbandinganku dengan sahabatku yang paling rendah (pengetahuannya.”
6. Berdoa
Setelah seluruh upaya dan sarana dikerahkan untuk menggait orang menuju Allah dalam aktivitas dakwah, seorang dai tidak boleh menyandarkan hasil kepada kemampuan dan upayanya. Upaya itu harus dikembalikan kepada Allah yang menguasai hati dan pikiran. Ini akan menjaganya dari sikap ghurur apabila dakwahnya mendapatkan kemenangan dan menjauhkannya dari berputus asa jika menemui kegagalan. Sebab ia yakin, seberapa hebat sarana yang dikuasainya, ia hanyalah senjata bisa mengenai sasaran dan bisa tidak. Doa juga dapat menutupi segala kekurangan dan kelemahannya. Sebab tidak ada orang yang memiliki semua dan menguasai segalanya secara ideal. Adakalanya seseorang memiliki kelebihan pada satu sisi, namun ia juga memiliki kekurangan pada sisi lain. Dan berdoa adalah ibadah. Adalah senjata seorang mukmin di saat senjata lain tidak mempan. Ketajaman doa dapat menembus sesuatu yang tidak bisa ditembus senjata biasa.
7. Selanjutnya, Hidayah dari Allah
Karena dai hanya menyeru dan menggerakkan potensi yang diberikan Allah. Selanjutnya hasilnya dikembalikan kepada Allah. Sebuah kegagalan, selain harus disikapi secara proporsional dengan melakukan evaluasi aktivitas dakwah dan motivasi amal da’awi, tentu harus dikembalikan kepada kehendak Allah yang berhak memberi hidayah atau tidak memberi. Dan tentu saja tidak berhenti di situ. Optimisme harus selalu ditanamkan dalam diri seberat apapun medan dakwah yang dilalui. Sebab perjalanan belum berakhir. Hidup manusia tidak berhenti sampai di sini. Masih ada harapan untuk berubah dan kembali ke jalan yang benar.
Dengan pemahaman inilah kita tidak pernah menganggap Nabi Nuh gagal dalam dakwahnya. Luth gagal. Shalih gagal. Sebab semua sarana dan prasarana telah dikerahkan untuk mengetuk pintu hati mereka. Rasulullah juga tidak pernah gagal ketika berambisi agar paman tercinta Abu Thalib mendapatkan hidayah. Karena “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (Al-Qashash:56)
Kegagalan adalah jika si dai itu sendiri terhapus pahala aktivitas dakwahnya karena dosanya atau is sendiri terpental dari aktivitas dakwah, melempar handuk untuk meninggalkan kancah pertarungan. Lalu ia hanya duduk-duduk bersama ‘qa’idin’. Semoga Allah mengokohkan kaki kita dengan kata-kata-Nya yang tetap. Wallahu A’lam. []
Bisa dibayangkan bagaimana reaksi pasien tersebut. Sedih, gelisah, depresi, tidak ada lagi gairah dan upaya. Berbeda halnya jika si dokter yang merawatnya itu mengatakan hal lain, kondisinya memang sangat parah, namun, menurutnya, masih ada harapan untuk sembuh. Tentu si pasien sangat bergembira mendengarnya. Kata-kata dokter itu akan mempengaruhi semangatnya untuk sembuh.
Kata-kata mempunyai kekuatan yang luar biasa. Bahkan terkadang ia lebih ampuh daripada senjata. Dalam hal ini pepatah lama masih relevan, bahwa lidah lebih tajam daripada pedang. Betapa sering sebuah perang berkobar disebabkan oleh kata. Demikian pula sebaliknya, perang dapat dihentikan oleh sebuah diplomasi atau secarik kertas perjanjian damai. Seorang penulis wanita Jerman, Annemarie Schimmel, berbicara tentang kekuatan kata. “Kata yang baik laksana pohon yang baik. Kata diyakini sebagai suatu kekuatan kreatif oleh sebagian besar agama di dunia; katalah yang mengantarkan wahyu; kata diamanahkan kepada umat manusia sebagai titipan yang harus dijaga, jangan sampai ada yang teraniaya, terfitnah, atau terbunuh oleh kata-kata.”
Karena kata-kata seseorang bisa bergairah, bersemangat, terhibur dari duka, seorang pasien akan mempunyai harapan sembuh oleh kata-kata dokter. Yang terkadang kondisi sesungguhnya berlawanan dengan kata-kata itu, sekadar untuk menerbitkan semangat. Juga karena kata-kata, hati yang tadinya cerah berbunga-bunga menjadi redup sedih. Tadinya optimis menjadi pesimis. Bersemangat menjadi patah arang.
Kata-kata sebagai alat yang ampuh untuk berbagai kepentingan orang. Melobi, mempengaruhi, merayu, menghina, melecehkan, membalaskan sakit hati. Dan kata orang, ia adalah senjata bermata dua. Jika kata-kata itu keluar dari orang baik dan suka melakukan perbaikan, maka dampak yang ditimbulkannya akan positif. Namun jika ia diungkapkan oleh orang jahat dan mencintai tersebarnya kejahatan di muka bumi ini, dampak yang ditimbulkannya tentu kejahatan itu sendiri sebagai produk hatinya yang jahat itu.
Seorang dai dengan tugas dakwahnya mengajak orang kepada Allah dalam taat dan ibadah kepada-Nya. Aktivitas dakwahnya sangat didominasi oleh penyampaian kata-kata. Sebab sasaran yang hendak dituju adalah akal manusia itu sendiri. Jika tujuan dakwah adalah melakukan perubahan (taghyir), maka faktor utama yang dapat mempengaruhi proses perubahan adalah akal pikiran. Dengan adanya perubahan pada tataran pemahaman dan pola pikir, maka perubahan persepsi dan tingkah laku bisa terjadi.
Penyampaian kata-kata bahkan menjadi titik tekan tugas para nabi dan rasul. Seperti yang Allah tegaskan kepada Rasulullah saw. Allah berfirman, “Jika mereka berpaling maka Kami tidak mengutus kamu sebagai pengawas bagi mereka. Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah).” (As-Syura: 48)
Sebagai penerus tugas para nabi dan rasul, seorang dai berdakwah menyampaikan risalah kepada manusia. Hendaknya ia selalu meningkatkan kemampuan dan kreativitasnya dalam memasarkan risalah ini kepada manusia. Berbagai kajian dan petunjuk tentang kata-kata dan ceramah yang berkesan telah banyak ditulis para ulama. Namun muaranya tidak jauh berputar pada beberapa poin berikut ini:
1. Kuatnya Hubungan dengan Allah
Hubungan yang menguatkannya, yang menjadi rujukan, tempat menyandarkan diri, kepada-Nya ia mengadu, berdoa, dan berbagi. Seorang dai mengajak orang lain menuju Allah. Bagaimana mungkin ia dapat mengajak kepada sesuatu jika ia sendiri jauh dengannya dan lemah hubungannya dengan sesuatu itu. Syeikh Muhammad Ghazali menyebutkan sifat ini sebagai pilar utama seorang dai, yang tidak boleh diabaikan. Sebab jika setiap muslim berkewajiban membina hubungan baik dengan Allah, apatah lagi seorang dai.
Sejarah telah menjadi saksi bahwa tidak ada seorang nabi pun atau pelaku perbaikan kecuali ia mempunyai hubungan yang kuat dengan Allah. Jalinan mereka dengan Allah sangat kuat, hidup, dan selalu segar. Tidak pernah putus barang sekejap pun dan tidak pernah layu. Terlihat dalam aktivitas kesehariannya, saat bersama orang lain terlebih saat sendiri. Syeikh Abdurrahman As-Sa’ati, ayah Imam Syahid Hasan Al-Banna mengisahkan kegiatan anaknya ketika berada di rumah,
“Di antara akhlaqnya adalah berpaling dari banyak orang dan hanya menyendiri bersama Rabbnya, tidak ada yang tahu selain keluarga dekatnya saja. Di rumahnya –Allah yang menjadi saksi- tidak pernah lepas dari mushaf, tidak berhenti membaca, tidak pernah lalai dari zikir, ia membaca Al-Qur’an memperdengarkan bacaannya kepada salah seorang hafizh di antara kami. Jika tidak ada seorang hafizh kecuali anak kecil, ia pun muraja’ah hafalannya dengan anak itu. Rumahnya penuh dengan bacaan Al-Qur’an, sujud, larut dalam dzikir, dan mendaki ke ketinggian langit spiritual. Ketika ia tahu cara Nabi membaca Al-Qur’an maka ia praktekkan, termasuk waqaf-waqaf di mana Rasulullah berhenti, ia pun berhenti. Terkadang badannya gemetaran, hatinya penuh ketakutan, gelisah pada ayat-ayat ancaman, terhadap ayat-ayat gembira ia berbinar-binar, jauh dari suasana di mana ia hidup, jauh terbawa makna ayat-ayat itu.”
Dan semua orang yang pernah mendengar pidatonya mengakui, betapa Imam Syahid mempunyai kata-kata yang sangat kuat. “Jika ia berpidato, kata-katanya mengalir seolah-olah turun dari langit.” Kata seseorang yang pernah menghadiri ceramahnya.
2. Selalu Memperbaiki Diri
Setiap muslim wajib memperbaiki diri dari segala kekurangan. Apalagi seorang dai. Boleh jadi ini merupakan hasil dari hubungan yang baik dengan Allah. Sebab siapa yang mengingat Allah ia akan teringat akan semua dosa dan kekurangan dirinya serta menyadari semua aib pribadinya. Berbeda halnya dengan orang yang lalai dari zikir. Ia pun akan lalai kepada Allah bahkan lalai kepada dirinya sendiri. Ia berjalan tanpa arah dan petunjuk. Allah berfirman,
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang fasik.” (Al-Hasyr:19)
Sangat berbahaya jika seorang dai mengajak orang melakukan sesuatu sementara dirinya sendiri jauh darinya. Atau mencegah orang dari melakukan sesuatu ia sendiri belum bisa terlepas darinya. Jika demikian, maka seruan dakwah yang dikumandangkannya tak nyaring lagi. Seseorang berkata, “Kalau saya melihat seorang dai merokok, kepercayaan saya kepadanya berkurang dua puluh lima persen.”
Bahkan, tidak hanya ajakannya yang diabaikan orang, ia bisa mendapatkan murka dari Allah.
“Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (As-Shaff:3)
Tentu saja hal ini tidak dipahami secara tidak konstruktif, dengan menyibukkan diri sendiri serta tidak peduli kepada perbaikan sekitarnya. Aslih nafsaka wad’u ghairaka (perbaiki dirimu dan ajaklah orang lain), begitu kata orang.
3. Kecerdasan Akal, Kebersihan Hati, dan Pemahaman yang Dalam tentang Islam
Sifat ini hendaknya menjadi watak seorang dai. Yang dengan demikian ia bisa menempatkan segala sesuatu pada tempatnya. Menimbang persoalan dengan timbangan yang benar dan tidak memihak. Dalam bahasa dakwah hal ini bisa disebut sebagai hikmah. Seperti yang Allah firmankan,
“Allah menganugerahkan Al hikmah (kepahaman yang dalam tentang Al-Qur’an dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar Telah dianugerahi karunia yang banyak. dan Hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” (Al-Baqarah:269)
Menurut Muhammad Al-Ghazali, kecerdasan yang dimaksud, seseorang tidak perlu menjadi jenius. Namun hanya dengan memiliki kemampuan melihat suatu permasalahan apa adanya. Tidak menambah maupun mengurangi. Dengan cara pandang seperti ini seorang dari dapat mendiagnosa sebuah persoalan dengan baik dan pada gilirannya bisa memberikan terapi yang tepat sesuai dengan permasalahan yang dihadapinya. Kata-kata yang disampaikannya menjadi tepat sasaran.
Dengan kemampuan seperti inilah Rasulullah terlihat menyampaikan nasihat yang berbeda-beda, melihat kondisi dan latar belakang psikologis seseorang yang konsultasi kepada beliau. Suatu saat beliau hanya mengatakan, “Janganlah kamu marah.” Dan Jariyah bin Qudamah, orang yang bertanya itu pun puas dengan jawaban beliau. Bahkan menurut riwayat Thabrani, pahalanya surga, seperti yang beliau sabdakan, “Janganlah kamu marah, maka akan mendapat surga.” Suatu saat beliau hanya mengatakan, “Katakan, aku beriman kepada Allah. Lalu istiqamahlah.”
Kebersihan hati yang dimaksud tentu bukannya kebersihan hati yang setaraf dengan para malaikat. Cukuplah bagi seorang dai memiliki hati yang penuh cinta kepada manusia, cemburu kepada mereka, lembut dan tidak kasar memperlakukan mereka. Ia senang dengan kebaikan mereka dan bukannya senang melihat kesengsaraan mereka. Di hadapannya maupun tidak sikapnya selalu sama. Senantiasa berharap atas kebaikannya. Sehingga antara hatinya dan hati mereka terhadap tali yang menghubungkan. Ketulusan cintanya melahirkan getar saat tangannya berjabat, mulutnya berucap, dan matanya menatap. Doa yang dipanjatkan tanpa sepengetahuan mereka membuat nama-nama mereka selalu hadir dalam hidupnya. Sehingga ketika bertemu, pertemuan itu pun terasa hangat dirasakan oleh mereka.
Kejelasan pemahaman dimiliki karena penguasaannya terhadap konsep universalitas Islam. Hal ini membuatnya mampu mengidentifikasi setiap persoalan. Ia dapat membedakan mana yang bisa dikategorikan sebagai persoalan aqidah dan mana yang bukan. Dengan hal ini pula seorang dai dapat berinteraksi dengan semua lapisan masyarakat dan dapat melihat kekurangan serta kelebihan mereka. Ia juga memiliki skala prioritas dalam dakwahnya.
Dalam menyikapi berbagai perpecahan madzhab dan aliran di Mesir, Hasan Al-Banna dengan Ikhwannya mempunyai sikap yang jelas. “Karena Ikhwan meyakini bahwa perbedaan dalam hal-hal furu’ adalah sebuah keniscayaan. Harus terjadi. Sebab prinsip-prinsip Islam yang berupa ayat-ayat, hadits, amal Nabi bisa dipahami secara berbeda. Oleh karenanya perbedaan semacam ini juga terjadi di kalangan para sahabat. Dan perbedaan itu terus terjadi sampai hari Kiamat. Alangkah bijaknya Imam Malik ra saat ia berkata kepada Abu Ja’far yang ingin memaksa orang mengikuti buku Al-Muwattha’, “Para sahabat Rasulullah berpencar di negeri-negeri. Masing-masing kaum mempunyai ilmu. Jika Anda memaksa mereka kepada satu ilmu, akan terjadi fitnah.” Tidak ada salahnya dengan perbedaan, namun yang salah adalah sikap fanatik terhadap pendapat tertentu dan menutup diri dari pendapat orang lain. Cara pandang semacam ini dapat menyatukan hati yang bersengketa ke dalam kesatuan fikrah. Cukuplah orang-orang bersatu menjadi muslim sebagaimana yang dikatakan Zaid r.a. Pandangan seperti ini sangat penting dimiliki sebuah jamaah yang ingin menyebarkan fikrah pada suatu negeri di mana yang dilanda sebuah konflik tentang masalah yang tidak semestinya diperdebatkan.”
4. Keikhlasan
Keikhlasan merupakan tuntutan yang harus dipenuhi setiap muslim dalam ibadahnya kepada Allah. Sebab ia sebagai syarat diterimanya ibadah. Ibnu Atha’illah berkata, “Amal perbuatan merupkan tubuh yang tegak. Sedangkan ruhnya adalah adanya rahasia di balik amal yang berupa keikhlasan.” Terlebih lagi bagi seorang dai dan aktivis. Aktivitas dakwahnya adalah sebaik-baik amal dan sarana taqarrub kepada Allah, tentu keikhlasan menjadi lebih urgen lagi. Seorang dai hendaknya menjauhkan kepentingan pribadi yang berupa sebutan, imbalan, dan pengaruh pribadi karena aktivitas dakwahnya.
Keikhlasan tentu saja ada buahnya. Aktivitas dakwah yang dilandasi dengan keikhlasan tentu berbeda hasilnya dengan yang dilakukan karena pamrih. Bersamaan dengan kata-kata yang diucapkan, interaksi yang dilakukan, dan kegiatan yang dilaksanakan seorang dai selalu menambatkan hatinya kepada Dzat yang menguasai dan membolak-balikkan hati. Kata orang Arab, “Kata-kata yang keluar dari hati akan sampai kepada hati pula.”
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima selain kebaikan.” Bagi seorang dari, kebaikan yang hendak dipersembahkan kepada Allah adalah keyakinannya terhadap keutamaan dakwahnya dan harapannya yang ditambatkan kepada ridha Allah semata.
5. Keluasan Wawasan
Dakwah di zaman modern sekarang ini harus didukung oleh keluasan wawasan. Karena seorang dai bertugas mengarahkan dan membimbing manusia dengan segala strata sosial dan intelektual mereka. Ia berbicara dengan dokter, pasien, guru, pegawai, kuli, insinyur, pedagang, orang pintar, dan orang bodoh. Mestinya ada penguasaan wawasan yang dapat memasuki pola pikir mereka semua.
Tidak harus menguasai semua disiplin ilmu secara mendalam, namun wawasan global tentang berbagai persoalan hendaknya dipahami. Kecuali wawasan keislaman yang secara asasi harus dikuasai. Pemahaman terhadap Al-Qur’an dan Sunnah serta wawasan keislaman lain; budaya Islam, sejarah Islam, dan lain-lain. Oleh karena itulah Imam Syahid Hasan Al-Banna memberikan tekanan khusus kepada sisi ini dan itu sebagai salah satu karakter dakwahnya. Bahwa dakwah Ikhwan juga bercirikan Jamaah Ilmiyah Tsaqafiyah (organisasi ilmu pengetahuan dan wawasan). Dan semua sarana yang dimilikinya pada dasarnya untuk membina intelektual, hati, dan jasad para anggotanya.
Keluasan wawasan yang dimiliki seorang dai membuatnya mampu menemukan ‘pembuka hati’ bagi orang-orang yang menjadi objek dakwahnya. Ketika berkomentar tentang wawasan Abu Bakar yang paling tahu tentang nasab suku Quraisy dan paling tahu tentang apa yang baik dab buruk mereka, Munir Muhammad Al-Ghadhban berkata, “Pengetahuan tidak kalah penting daripada akhlaq. Yang dituntut dalam masalah ini bukan segala macam pengetahuan. Tetapi pengetahuan mengenai masyarakat dan kecenderungan-kecenderungannya. Pengetahuan yang menjelaskan karakteristik jiwa manusia. Pengetahuan inilah yang akan memberikan daya gerak kepada dai yang merupakan pintu masuk ka hati mad’u. Setiap hati memiliki ‘kunci’, dan tugas seorang dai adalah untuk mendapatkan kunci itu agar ia bisa memasuki hatinya lalu hati itu menyambutnya.”
6. Menguasai Metodologi Komunikasi
Sebab ada pepatah Arab mengatakan, likulli maqam maqal (bagi masing-masing momen ada ungkapannya). Dan masing-masing orang memiliki kecenderungan terhadap satu bentuk komunikasi tertentu. Ada yang suka dengan gaya bicara yang berapi-api. Ada yang tertarik dengan ceramah yang banyak ‘lawak’nya. Ada pula yang tidak suka terhadap hal-hal yang monoton dan serius dan ia lebih suka kalau ceramah banyak diselingi ilustrasi. Kemampuan memilih model komunkasi yang tepat akan menjadi daya tarik yang dapat menggait hati. Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya kejelasan (komunikasi) adalah sihir.”
Al-Bahi Khauli merekomendasikan kepada seorang dai agar menggunakan beberapa metodologi dalam aktivitas dakwah yang dilakukannya. Di antaranya adalah:
1. Kisah: karena dengan kisah sesuatu yang bersifat normatif bisa lebih mudah dipahami. Karena nilai-nilai itu berubah menjadi kaki yang berjalan, tangan yang bergerak, dan mulut yang berucap. Barangkali inilah di antara rahasia Al-Qur’an yang menggunakan metode kisah sebagai salah satu sarananya. Agar Islam dapat dipahami sebagai agama yang realistis dan tidak hanya bersifat kelangitan tanpa bisa diterapkan dalam kehidupan nyata. Terbukti para pelaku sejarah itu mampu melakukannya. Di samping ia juga menjadi pelajaran bagi orang-orang beriman.
2. Perumpamaan: karena dengan perumpamaan dapat mendekatkan yang jauh dan menjelaskan yang buram, juga menentukan kadar sesuatu yang abstrak. Al-Qur’an dan hadits sendiri seringkali menggunakan perumpamaan sebagai sarana menjelaskan kepada kaum Muslimin tentang ajaran Islam. Tentang hakikat amal perbuatan orang-orang kafir Allah berfirman, ” Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya.” (An-Nur:39)
3. Perbandingan: dan tujuannya adalah untuk menjelaskan kadar keterpautan sebuah nilai. Dalam salah satu sabdanya Rasulullah bersabda, “Shalat berjamaah lebih mulia daripada shalat sendiri dengan selisih dua puluh tujuh derajat.” Juga sabda beliau, “Perbandingan antara orang berilmu dan yang tidak berilmu seperti perbandinganku dengan sahabatku yang paling rendah (pengetahuannya.”
6. Berdoa
Setelah seluruh upaya dan sarana dikerahkan untuk menggait orang menuju Allah dalam aktivitas dakwah, seorang dai tidak boleh menyandarkan hasil kepada kemampuan dan upayanya. Upaya itu harus dikembalikan kepada Allah yang menguasai hati dan pikiran. Ini akan menjaganya dari sikap ghurur apabila dakwahnya mendapatkan kemenangan dan menjauhkannya dari berputus asa jika menemui kegagalan. Sebab ia yakin, seberapa hebat sarana yang dikuasainya, ia hanyalah senjata bisa mengenai sasaran dan bisa tidak. Doa juga dapat menutupi segala kekurangan dan kelemahannya. Sebab tidak ada orang yang memiliki semua dan menguasai segalanya secara ideal. Adakalanya seseorang memiliki kelebihan pada satu sisi, namun ia juga memiliki kekurangan pada sisi lain. Dan berdoa adalah ibadah. Adalah senjata seorang mukmin di saat senjata lain tidak mempan. Ketajaman doa dapat menembus sesuatu yang tidak bisa ditembus senjata biasa.
7. Selanjutnya, Hidayah dari Allah
Karena dai hanya menyeru dan menggerakkan potensi yang diberikan Allah. Selanjutnya hasilnya dikembalikan kepada Allah. Sebuah kegagalan, selain harus disikapi secara proporsional dengan melakukan evaluasi aktivitas dakwah dan motivasi amal da’awi, tentu harus dikembalikan kepada kehendak Allah yang berhak memberi hidayah atau tidak memberi. Dan tentu saja tidak berhenti di situ. Optimisme harus selalu ditanamkan dalam diri seberat apapun medan dakwah yang dilalui. Sebab perjalanan belum berakhir. Hidup manusia tidak berhenti sampai di sini. Masih ada harapan untuk berubah dan kembali ke jalan yang benar.
Dengan pemahaman inilah kita tidak pernah menganggap Nabi Nuh gagal dalam dakwahnya. Luth gagal. Shalih gagal. Sebab semua sarana dan prasarana telah dikerahkan untuk mengetuk pintu hati mereka. Rasulullah juga tidak pernah gagal ketika berambisi agar paman tercinta Abu Thalib mendapatkan hidayah. Karena “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (Al-Qashash:56)
Kegagalan adalah jika si dai itu sendiri terhapus pahala aktivitas dakwahnya karena dosanya atau is sendiri terpental dari aktivitas dakwah, melempar handuk untuk meninggalkan kancah pertarungan. Lalu ia hanya duduk-duduk bersama ‘qa’idin’. Semoga Allah mengokohkan kaki kita dengan kata-kata-Nya yang tetap. Wallahu A’lam. []
Sunday, November 7, 2010
Futur
"seseorang anak Adam tidak mengisi sesuatu wadah yang lebih buruk daripada perutnya" (HR Turmudzi)
Ummul-Mukminin Aisyah r.a berkata
"Musibah pertama yang akan menimpa umat ini sepeninggal Nabinya adalah rasa kenyang.Sesungguhnya suatu kaum manakala perutnya kenyang maka akan gemuk badannya, lemah kemauannya dan syahwatnya akan sulit dikendalikan" (at-Targhiib wa at-tarhiib, al-Muziri).
"Wahai anak Adam, kenakanlah perhiasanmu pada setiap (memasuki ) masjid , serta makan dan minumlah, namun janganlah berlebih2an , kerana sesungguhnya Dia (Allah) tidak menyukai sesuatu yang berlebihan" (al-A'raaf: 31)
MElampaui Batas Kwajaran dalam melakukan hal-hal yang mubah atau dibolehkan
dipetik dari buku Penyebab Gagalnya Dakwah ,Dr Sayyid M.Nuh Bab 1.
Ummul-Mukminin Aisyah r.a berkata
"Musibah pertama yang akan menimpa umat ini sepeninggal Nabinya adalah rasa kenyang.Sesungguhnya suatu kaum manakala perutnya kenyang maka akan gemuk badannya, lemah kemauannya dan syahwatnya akan sulit dikendalikan" (at-Targhiib wa at-tarhiib, al-Muziri).
"Wahai anak Adam, kenakanlah perhiasanmu pada setiap (memasuki ) masjid , serta makan dan minumlah, namun janganlah berlebih2an , kerana sesungguhnya Dia (Allah) tidak menyukai sesuatu yang berlebihan" (al-A'raaf: 31)
MElampaui Batas Kwajaran dalam melakukan hal-hal yang mubah atau dibolehkan
dipetik dari buku Penyebab Gagalnya Dakwah ,Dr Sayyid M.Nuh Bab 1.
Friday, February 27, 2009
Jumaat,27 August 2009- azan berkumandang, menandakan maghrib sudah masuk.aku baru pulang dari bermain bola di uthm.dah lame aku tak main bola letih cam petang td..letih sangat.biasa main ramai sangat ..bola pun tak dpt. tp ptg td satu team 7 org je. maybe jumaat so student ramai yg balik hujung minggu.
waktu aku sampai gmbang(azaimi) juga baru balik. aku kemudian duk kat bilik amir. then teringat.waktu2 ini dulu ade arwah azlan kat bilik ni.biasanya time ni die tgh men dota.tak pun baru abis men na smayang..hurm..mmbuatkan aku terfikir..eh..mcm bru smalam die ade..arini die dah tak de..sekejap je masa berlalu.
Demi masa.sesungguhnya manusia dalam kerugian.kecuali org yg yg mengerjakan amalan soleh.dan berpesan kepada kebenaran dan kesabaran.
kematian itu satu kepastian.....
waktu aku sampai gmbang(azaimi) juga baru balik. aku kemudian duk kat bilik amir. then teringat.waktu2 ini dulu ade arwah azlan kat bilik ni.biasanya time ni die tgh men dota.tak pun baru abis men na smayang..hurm..mmbuatkan aku terfikir..eh..mcm bru smalam die ade..arini die dah tak de..sekejap je masa berlalu.
Demi masa.sesungguhnya manusia dalam kerugian.kecuali org yg yg mengerjakan amalan soleh.dan berpesan kepada kebenaran dan kesabaran.
kematian itu satu kepastian.....
Sunday, January 4, 2009
FLorida
a weird stroy happen when a family muslim in the flight to Florida..this family was suspected as terrorist just because they talk about safety..what's wrong with this people(the Us citizen)..from this we know that these people live in the fear n full of suspecious..hurmm..they chosse to live in fear.. n we muslim always will stay peace although we are the one who suspected as terroist everyday..
US Airline Apologizes to Muslim Family
By Ibtihal Alkhidir Ahmed, IOL Washington Bureau
AirTrans described the removal of the Muslim family as a "misunderstanding". (Google)
WASHINGTON — An American airline has apologized to a Muslim family booted off a domestic flight to Florida over a chat about the "safest" seats in the plane.
"We regret that the issue escalated to the heightened security level it did," AirTran Airways said in the statement.
"But we trust everyone understands that the security and the safety of our passengers is paramount."
Nine members of a Muslim family were removed from a domestic flight to Orlando, Florida, after they chatted about their seats in the plane.
Two passengers overheard the talk and reported it as "suspicious" to the pilot, who ordered the flight postponed and the plane evacuated.
"I read in an article that the best place to sit in an airplane is in the back," Inayet Shahin told IslamOnline.net, recalling the chat while walking through the aisles to get their seats.
"No, I heard that the best place to sit is in the wing," her brother-in-law replied.
As they settled in their seats, they noticed two other passengers walking back and forth.
"They were looking at us in a funny way," Shahin said.
Just a few minutes later, two federal air marshals walked up to the family and asked them to get off.
They were later surrounded by police officers.
"We were put on display," recalled Shahin.
"They lined us up outside and put us in a spot so that everyone would see us."
Ordeal
The Muslim family members were detained and taken for interrogation for two hours.
"We were surrounded by dogs and my children [two, four and seven] started crying," said Shahin.
"They wouldn't even let us get food."
After interrogation, federal authorities cleared the Muslim family of any wrongdoing.
The FBI and AirTrans described the incident as a "misunderstanding".
However, the American airline refused to rebook the Muslim passengers, who paid for seats on another carrier.
America's main Muslim advocacy group, the Council on American Islamic Relations (CAIR), said the incident would not have occurred had the passengers not had beards and hijabs.
"This is what sparked the incident," Ibrahim Hooper, CAIR National Communications Director, told IOL.
"[They] were Muslim and had a darker skin complexion."
In 2006, six imams were removed from a domestic flight for what passengers considered suspicious behavior.
They were removed from the flight, handcuffed and detained in the airport for questioning for over five hours.
Since 9/11, American Muslims, estimated between six to seven million, have become sensitized to an erosion of their civil rights, with a prevailing belief that America was targeting their faith
US Airline Apologizes to Muslim Family
By Ibtihal Alkhidir Ahmed, IOL Washington Bureau
AirTrans described the removal of the Muslim family as a "misunderstanding". (Google)
WASHINGTON — An American airline has apologized to a Muslim family booted off a domestic flight to Florida over a chat about the "safest" seats in the plane.
"We regret that the issue escalated to the heightened security level it did," AirTran Airways said in the statement.
"But we trust everyone understands that the security and the safety of our passengers is paramount."
Nine members of a Muslim family were removed from a domestic flight to Orlando, Florida, after they chatted about their seats in the plane.
Two passengers overheard the talk and reported it as "suspicious" to the pilot, who ordered the flight postponed and the plane evacuated.
"I read in an article that the best place to sit in an airplane is in the back," Inayet Shahin told IslamOnline.net, recalling the chat while walking through the aisles to get their seats.
"No, I heard that the best place to sit is in the wing," her brother-in-law replied.
As they settled in their seats, they noticed two other passengers walking back and forth.
"They were looking at us in a funny way," Shahin said.
Just a few minutes later, two federal air marshals walked up to the family and asked them to get off.
They were later surrounded by police officers.
"We were put on display," recalled Shahin.
"They lined us up outside and put us in a spot so that everyone would see us."
Ordeal
The Muslim family members were detained and taken for interrogation for two hours.
"We were surrounded by dogs and my children [two, four and seven] started crying," said Shahin.
"They wouldn't even let us get food."
After interrogation, federal authorities cleared the Muslim family of any wrongdoing.
The FBI and AirTrans described the incident as a "misunderstanding".
However, the American airline refused to rebook the Muslim passengers, who paid for seats on another carrier.
America's main Muslim advocacy group, the Council on American Islamic Relations (CAIR), said the incident would not have occurred had the passengers not had beards and hijabs.
"This is what sparked the incident," Ibrahim Hooper, CAIR National Communications Director, told IOL.
"[They] were Muslim and had a darker skin complexion."
In 2006, six imams were removed from a domestic flight for what passengers considered suspicious behavior.
They were removed from the flight, handcuffed and detained in the airport for questioning for over five hours.
Since 9/11, American Muslims, estimated between six to seven million, have become sensitized to an erosion of their civil rights, with a prevailing belief that America was targeting their faith
pAlestiNe
-AllahuAkbar..moga2 semua kita sedar akan apa yang berlaku di Gaza sekarang...
What's Next in Gaza Conflict?
IslamOnline.net & News Agencies
GAZA CITY — Israeli tanks rolled into Gaza on Saturday, January 3, and engaged in night-time battles with Hamas forces after more than a week of air strikes that left hundreds of Palestinians dead and widespread destruction.
Here are some questions and answers about the conflict offered by Reuters.
Q - Where do things stand now?
A - Columns of Israeli tanks backed by helicopters crossed the boundary fence from at least four points into the Gaza Strip under darkness. Israeli military affairs commentators said troops were unlikely to move into Gaza City, the largest population center in the territory of 1.6 million, and would focus instead on destroying Hamas command posts and targeting its commanders and fighters.
Q - How long will the operation last?
A - The Israeli army said the ground sweep would take "many long days" and was aimed at seizing areas used by Hamas to launch cross-border rocket attacks. Pressure on Israel to cease fire is likely to grow as casualties mount. Some international leaders have called for a truce and anti-Israel protests have erupted across the world in response to the death of civilians in the Gaza Strip. In Israel, strong public support for the operation could erode if large numbers of Israeli soldiers are killed and rocket fire intensifies.
Q - What's life like in Gaza?
A - There is food, but not enough, and electricity, but intermittent. There is no shortage of water and the city is not totally blacked out at night. Hospitals do not have enough beds or medicine to cope with the wounded. Palestinians cannot leave unless Israel permits them to, unless they risk the perilous trip through some tunnel to Egypt.
Q - How would Hamas try to beat back Israeli ground forces?
A – Hamas is believed to have planted landmines and booby-traps across the Gaza Strip for use against armor and infantry, and it commands at least 25,000 trained fighters. Gaza is one of the most densely populated places on earth and Israel could face tough urban warfare in a showdown with Hamas forces who know their way around the maze of streets. Israel apparently tried to detonate some of the landmines by firing artillery into open ground along routes tanks and infantry took into the Gaza Strip. The barrage also created a smokescreen that may have been used as cover by advanced units.
Q - Is a truce still possible?
A - The UN, US, EU, Arab League, Russia and Turkey all urge a ceasefire. US Secretary of State Condoleezza Rice said Washington was working for a durable truce and insisted that Hamas must stop firing rockets first. EU foreign ministers were due to start a peace mission on Monday and French President Nicolas Sarkozy was scheduled to visit Israel. Israel has so far rejected calls for an immediate ceasefire, but its leaders are divided. Some say a formal ceasefire backed by the UN and major powers would be best. Others say it would only tie Israel's hands should rocket fire continue. They believe the best course is to cease fire unilaterally but only when Israel is convinced that Hamas has got the message: start up again and we will hit you again.
..there are some info about it..
What's Next in Gaza Conflict?
IslamOnline.net & News Agencies
GAZA CITY — Israeli tanks rolled into Gaza on Saturday, January 3, and engaged in night-time battles with Hamas forces after more than a week of air strikes that left hundreds of Palestinians dead and widespread destruction.
Here are some questions and answers about the conflict offered by Reuters.
Q - Where do things stand now?
A - Columns of Israeli tanks backed by helicopters crossed the boundary fence from at least four points into the Gaza Strip under darkness. Israeli military affairs commentators said troops were unlikely to move into Gaza City, the largest population center in the territory of 1.6 million, and would focus instead on destroying Hamas command posts and targeting its commanders and fighters.
Q - How long will the operation last?
A - The Israeli army said the ground sweep would take "many long days" and was aimed at seizing areas used by Hamas to launch cross-border rocket attacks. Pressure on Israel to cease fire is likely to grow as casualties mount. Some international leaders have called for a truce and anti-Israel protests have erupted across the world in response to the death of civilians in the Gaza Strip. In Israel, strong public support for the operation could erode if large numbers of Israeli soldiers are killed and rocket fire intensifies.
Q - What's life like in Gaza?
A - There is food, but not enough, and electricity, but intermittent. There is no shortage of water and the city is not totally blacked out at night. Hospitals do not have enough beds or medicine to cope with the wounded. Palestinians cannot leave unless Israel permits them to, unless they risk the perilous trip through some tunnel to Egypt.
Q - How would Hamas try to beat back Israeli ground forces?
A – Hamas is believed to have planted landmines and booby-traps across the Gaza Strip for use against armor and infantry, and it commands at least 25,000 trained fighters. Gaza is one of the most densely populated places on earth and Israel could face tough urban warfare in a showdown with Hamas forces who know their way around the maze of streets. Israel apparently tried to detonate some of the landmines by firing artillery into open ground along routes tanks and infantry took into the Gaza Strip. The barrage also created a smokescreen that may have been used as cover by advanced units.
Q - Is a truce still possible?
A - The UN, US, EU, Arab League, Russia and Turkey all urge a ceasefire. US Secretary of State Condoleezza Rice said Washington was working for a durable truce and insisted that Hamas must stop firing rockets first. EU foreign ministers were due to start a peace mission on Monday and French President Nicolas Sarkozy was scheduled to visit Israel. Israel has so far rejected calls for an immediate ceasefire, but its leaders are divided. Some say a formal ceasefire backed by the UN and major powers would be best. Others say it would only tie Israel's hands should rocket fire continue. They believe the best course is to cease fire unilaterally but only when Israel is convinced that Hamas has got the message: start up again and we will hit you again.
..there are some info about it..
Tuesday, December 30, 2008
palestine
Keganasa israil di Gaza sudah masuk hari ketiga..namun masih ramai yang belum mengetahui akn peristiwa ini...Ramai ulama sudah menyarankan agar intifadah..dilancarkan ke atas Israil..marilah kita sama2 berdoa agar keselamatan ke atas penduduk islam di Sana..
BANDAR GAZA 29 Dis. – Jet-jet pejuang Israel mengebom kedudukan Hamas di Genting Gaza buat hari ketiga berturut-turut hari ini menyebabkan tujuh orang terbunuh, termasuk kanak-kanak.
Antara mangsa yang terkorban awal hari ini ialah empat kanak-kanak perempuan berusia antara setahun hingga 12 tahun daripada sebuah keluarga.
Mereka terbunuh dalam serangan udara ke atas sebuah masjid dekat rumah mereka di pekan Jabaliya, utara Gaza, manakala dua budak lelaki terbunuh dalam satu serangan di bandar Rafah, selatan wilayah ini.
Jet-jet pejuang Israel mensasarkan rumah Komander Kanan sayap bersenjata Hamas, Briged Izz el-Deen al-Qassam, Maher Zaqout, tetapi beliau terselamat kerana tidak berada di rumah itu ketika serangan tersebut.
Rejim Yahudi itu terus memekakkan telinga terhadap desakan dunia supaya rejim zionis itu menghentikan keganasan di semenanjung itu.
Sewaktu kereta kebal dan meriam Israel berkumpul di sempadan Gaza sebagai persiapan untuk melancarkan serangan darat, pesawat perang melancarkan puluhan serangan di wilayah yang padat dengan penduduk di wilayah itu, awal hari ini.
Setiausaha Agung Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu (PBB), Ban Ki-moon mengulangi gesaannya supaya keganasan itu dihentikan segera dan mendesak Israel membenarkan kemasukan bantuan kemanusiaan ke wilayah yang mengalami sekatan sejak Hamas menguasai wilayah itu pada Jun 2007.
“Beliau sekali lagi mendesak supaya segala tindakan keganasan dihentikan segera,” kata jurucakap Ki-moon.
Operasi ‘Cast Lead’ tentera Israel yang dilancarkan kelmarin telah pun membunuh 310 rakyat Palestin termasuk puluhan penduduk awam dan mencederakan lebih 1,400 lagi, menurut pasukan perubatan Gaza.
Hamas membidas masyarakat antarabangsa kerana tidak mengambil tindakan tegas untuk menghentikan keganasan Israel itu.
“Israel melakukan holocaust, sementara dunia hanya memerhati dan tidak berbuat apa-apa untuk menghentikannya,” kata jurucakap Hamas, Fawzi Barhum.
Sementara itu, para pemimpin dunia terus mengutuk serangan Israel di Genting Gaza.
Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono menyifatkan apa yang berlaku di Genting Gaza sebagai satu ironi kerana serangan dan pembunuhan penduduk Palestin dilakukan di ambang umat Islam menyambut ketibaan Maal Hijrah.
Naib Perdana Menteri China, Li Kegiang turut mengecam serangan Israel itu.
Beliau berkata, China terkejut dan sangat khuatir dengan operasi ketenteraan di Genting Gaza yang telah mengorbankan banyak jiwa dan ramai yang cedera.
– AFP
Subscribe to:
Posts (Atom)